Begitu anak menginjak usia yang cukup untuk masuk ke dalam lingkungan sekolah, dalam hal ini kita ambil adalah fase Taman Kanak-Kanak, persoalan uang saku sudah mulai muncul dalam pembukuan keluarga. Anak sudah menjadi satu pribadi yang memiliki keinginan serta mulai belajar tentang konsep 'membeli', bahwa sesuatu yang diinginkannya bisa didapat dengan menukarnya dengan lembaran rupiah.
Di keluarga kita sendiri, mungkin sudah menerapkan bahwa uang bukan tujuan utama dalam pemenuhan kebutuhan. Di sekolah, beda lagi ceritanya karena anak sudah bersosialisasi dengan anak-anak lain yang mungkin kultur pendidikan tentang uang berbeda dengan keluarga. Anak kita mungkin sudah bisa melihat anak-anak lain yang sudah dibekali dengan uang dan dengan mudah mereka membelanjakannya sesuka hati. Jika hal ini dialami anak kita, tentu ia akan merasa paling tidak iri, kenapa anak lain boleh memegang dan membelanjakan uang sementara dia sendiri tidak.
.: Berapa Banyak Uang yang Harus Kita Berikan Sebagai Uang Saku Anak
Berbicara tentang nominal, maka patokan pertama dalam pemberian jumlah uang saku anak adalah kondisi ekonomi keluarga. Pendapatan keluarga sejumlah 10 juta per bulan dibandingkan dengan 2 juta per bulan tentu sudah bisa diperkirakan, berapa seharusnya jumlah uang jajan anak. Jangan sampai uang jajan anak menjadi beban ekonomi keluarga, yang timbul hanya karena gengsi lingkungan sekolah yang elite dan kasihan melihat anak.
Dari segi etika, pembatasan uang jajan anak juga perlu diberlakukan walaupun kondisi ekonomi bisa dibilang sangat berkecukupan. Hal ini menghindari timbulnya perasaan iri dari sesama temannya yang uang jajannya tidak sebesar yang anak kita punya.
Usia anak bisa menjadi faktor penghitung besaran uang jajan. Anak usia TK dengan SD kelas 5 tentu berbeda dari segi kebutuhannya. Semakin bertambah usia anak, semakin besar kebutuhan anak akan uang saku, hingga berhenti di satu titik di mana mereka sudah bisa produktif (sudah bekerja) dan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri.
Masa lalu dan masa kini adalah hal yang berbeda. Menetapkan besaran uang saku dengan berpatokan pada uang saku anak lima tahun yang lalu (misal anak pertama), bukanlah hal yang relevan, karena inflasi terus berjalan dan nilai uang semakin menyusut. Sesuaikanlah besar uang saku dengan kebutuhan dasar anak di sekolah. Sekali-kali Anda melakukan riset berapa harga makanan di sekolah, buku, peralatan tulis, transportasi, kebutuhan tidak terduga dan sebagainya, akan membantu Anda memahami, berapa banyak rupiah yang sebenarnya dibutuhkan oleh anak.
.: Bagaimana Seharusnya Pemberian Uang Saku Kepada Anak
Uang saku seyogyanya merupakan alat pendidikan kepada anak bagaimana mereka harus bisa mencukupi kebutuhannya di sekolah dengan nominal yang telah ditentukan. Uang saku merupakan sarana anak untuk belajar menanamkan kepercayaan diri, belajar disiplin dan efisien dalam penggunaannya.
Penjadwalan pemberian uang saku anak adalah hal penting yang harus dilakukan setiap orangtua. Memberi uang saku kepada anak dengan waktu yang terjadwal dan teratur membantu mendidik anak untuk menyeimbangkan debet dan kreditnya secara disiplin.
Banyak salah kaprah orangtua, menerapkan uang jajan sebagai tujuan dalam artian menjadi fokus anak dalam mengerjakan sesuatu yang menjadi tanggungjawabnya hanya karena uang. Kasus yang sering terjadi adalah orangtua memberikan uang jajan karena sudah mengerjakan tugas rumah seperti mencuci dan menyapu. Hal ini menumbuhkan kebiasaan pada anak bahwa ia akan mengerjakan tugas rumah hanya jika ada imbalan berupa uang.
Namun, hal ini berbeda jika tugas dari orangtua yang dilakukan anak bernilai ekonomi, semisal orangtua memiliki toko atau bengkel yang mana anak membantu kerja orangtuanya di sana. Hal ini justru membangun penghargaan anak terhadap uang, bahwasanya rupiah tidak datang begitu saja dari dompet bapak atau ibunya, melainkan didapat dari hasil kerja keras.
.: Haruskah Orangtua Memeriksa Apa Saja Pengeluaran Anak dari Uang Sakunya
Bagi sebagian besar orangtua, mengaudit keuangan anak bukan menjadi kebiasaan sehari-hari. Mereka hanya beranggapan bahwa dengan memberikan uang saku sesuai dengan jatah mereka, selesailah tugas ekonomi mereka terhadap anak. Sejalan dengan tujuan membangun kemandirian anak, orangtua perlu memberikan saran dan nasehat kepada anak tentang uang yang dikelolanya.
Terlebih jika orangtua berlatar belakang pengusaha, maka pembelajaran manajemen keuangan dan jiwa wirausaha seyogyanya ditanamkan sejak dini. Anak diarahkan bagaimana mengatur keuangan dan menghasilkan rupiah lain dari uang saku yang mereka punya.
Fokus orangtua dalam mengarahkan manajemen uang saku anak harus berlangsung berkelanjutan agar anak dapat memahami konsep bahwa bukan nilai uang yang dihemat, namun disiplin keuangan yang bertanggungjawab itulah yang menjadi pokok kepentingan.
Semoga dengan artikel manajemen uang saku anak ini, Anda bisa melatih anak yang mandiri dan bertanggungjawab secara finansial.
0 Response to "Tips Mengatur Uang Jajan untuk Anak"
Post a Comment